WAJAH BARU
JEMBATAN KALI LANANG PASCA PERGESERAN URBAN EKOLOGI
Kawasan
Kota Wisata Batu di Malang terkenal sebagai salah satu destinasi wisata Jawa Timur yang
banyak disukai kalangan penikmat perjalanan. Terdapat banyak kegiatan dan obyek
wisata menarik di Batu Malang. Dapat dijumpai suguhan wisata alam yang menarik
diantaranya wisata sejarah,wisata kuliner, aneka agrowisata dan
lain-lainnya.
Di Kota Batu, ada
sebuah Sungai yang dianggap memiliki cerita rakyat. Namun, ternyata tidak
semuanya tahu seperti apa ceritanya. Sungai itu bernama Kali Lanang. Kali
Lanang terletak di Dusun Ngujung, Pandanrejo, Bumiaji. Sungai tersebut berhulu
dari sumber air Lanang yang berada jauh dari Jembatan Kali Lanang. Menurut
cerita masyarakat setempat, dulu sumber tersebut keluar dari alat kelamin
(jaladwara) laki-laki, sehingga disebut dengan Kali Lanang. Dan kini
keberadaannya menurut masyarakat sekitar, sungai itu dijaga oleh makhluk gaib
bernama Mbah Kabul Joyo Sampurno. Arca Jaladwara itu
sendiri sudah hilang, perkiraan hilangnya Arca itu sendiri terjadi pada tahun
1948-an, konon arca tersebut berasal dari zaman Majapahit atau bahkan bisa
lebih lama.
Pada perkembangannya,
Kali Lanang identik dengan kegiatan laki-laki, dulu di Jembatan Kali Lanang
lawas kerap dipakai untuk Ujung-ujungan. Yaitu sebuah kegiatan saling sabet
antara dua orang yang sudah bertelanjang dada dengan menggunakan rotan. Untuk
mengenang kegiatan tersebut, Dusun setempat dinamai Ngujung. Tradisi unik
tersebut kini sudah tiada di sana.
Selain cerita sumber
Kali Lanang, di Jembatan Kali Lanang yang lawas juga menyimpan cerita mistis.
Cerita itu berasal dari beradaan Batu Mayit, kabarnya keangkeran Batu tersebut
berawal dari cerita jika dibawah Batu itu adalah banyak tertimbun mayit-mayit
dari korban perang atau korban dulu waktu G30S di tahun 1965. Dari batu
tersebut juga sering muncul makhluk gaib tanpa kepala yang biasanya nampak saat
orang menyeberang.
Dulu, di jembatan
lawas sering terjadi kecelakaan kendaraan tanpa diketaui sebabnya. Namun
kasak-kusuk yang terjadi, adanya kecelakaan itu dikaitkan dengan angkernya Batu
Mayit dengan makhluk gaibnya.Untuk mengatasi penampakan-penampakan makhluk
tersebut, maka dalam periode tertentu penduduk setempat mengadakan acara Bersih
Desa di sumber air di bawah jembatan lama yang disebut dengan Sumber Kijan.
Tujuannya adalah agar penduduk setempat dan juga siapa saja yang melintas di
jembatan tersebut tidak diganggu.
Sumber Kijan tersebut
sampai sekarang juga sering didatangi oleh orang dari luar kota untuk
penyembuhan penyakit. Biasanya setelah penyakit yang diderita berhasil
disembuhkan, mereka menggelar “Syukuran” pada hari Ahad Kliwon dengan warga
setempat.Acara “Syukuran” juga digelar di Punden “Uwit Ungu” (Pohon
Ungu) yang terletak di sebelah selatan Jembatan Kali Lanang yang baru. Konon
Punden tersebut dijaga oleh makhluk gaib bernama Mbah Sunting. Punden tersebut
terletak di bawah pohon yang cukup rindang dan pemandangan Kota Batu jika dilihat
dari bawah pohon tersebut cukup indah.
Kini, Kali Lanang sudah punya jembatan baru yang lebih modern.Jembatan
tersebut selesai dibangun pada tahun 2008. Dengan adanya jembatan baru tersebut
pengguna jalan terutama mobil tidak perlu melewati jembatan yang hanya bisa
dilewati oleh satu mobil saja dan dapat memperpendek rute kurang lebih 300
meter. Dan kini penduduk maupun pendatang tidak takut lagi untuk melewati
jembatan yang telah berdiri kokoh. Hal yang melatar belakangi dibangunnya
jembatan baru tersebut salah satunya adalah karena pada jembatan yang lama
rawan terjadi kecelakaan terutama saat malam hari. Dulunya jembatan terletak di
tikungan yang tajam dan jalanan yang menurun, sehingga jika pengendara tidak
berhati-hati dalam berkendara dapat menyebabkan kecelakaan.
Sementara di sekitar
jembatan lawas yang tidak difungsikan kini dibangun warung lesehan.
Warung-warung ini hanya buka pada waktu sore hari hingga malam hari. Jumlah
warung-warung ini lumayan banyak yaitu sepanjang jalan yang sudah dilewati
kendaraan lagi, dan pengunjung dapat menikmati aneka menu sambil menikmati bunyi
aliran air Kali Lanang yang menyejukkan. Selain itu jembatan tersebut juga
menghubungkan jalan alternatif dari kota Batu ke kota Malang. Dengan
dibangunnya jembatan baru yang lebih kokoh, kini banyak kendaraan-kendaraan
besar yang hendak menuju kota Malang maupun sebaliknya yang melewati jembatan
tersebut termasuk bus-bus pariwisata. Ditepi jembatan juga dibangun taman kecil
yang dapat digunakan oleh wisatawan yang melewati jembatan tersebut untuk
sekedar beristirahat dan dapat menikmatinya sambil memesan beberapa makanan dan
minuman di warung-warung yang ada disana. Pemerintah Kota Batu sendiri juga
bekerjasama dengan pemilik-pemilik warung yang ada disana untuk meningkatkan
sarana dan prasarana yang ada disana dengan memberikan bantuan dana
pembangunan. Hal ini sangatlah penting karena dengan adanya warung-warung
tersebut serta sarana dan prasarana yang mendukung nantinya akan meningkatkan
jumlah pengunjug baik wisatawan maupun penduduk sekitar yang nantinya akan
meningkatakan pengahsilan pemilik warung yang tidak lain adalah warga desa
Pandanrejo. Sehingga nantinya dapat meningkatkan kualitas ekonomi warga desa
tersebut.
Urban ecology (ekologi perkotaan) adalah interaksi
organisme dengan lingkungan fisiknya di wilayah perkotaan. Kota
ekologis adalah satu pendekatan pembangunan kota yang didasarkan atas
prinsip-prinsip ekologis. Pendekatan ini dipilih sebagai jawaban atas semakin
memburuknya kondisi lingkungan kota karena pendekatan pembangunan yang lebih
berorientasi pada kepentingan ekonomi jangka pendek. Kota Ekologis mempunyai
kesamaan dengan konsepsi kota yang berkelanjutan, yang menekankan pentingnya
menyeimbangkan antara
kepentingan ekonomi, sosial, dan lingkungan dalam pembangunan kota. Kota
Ekologis juga mempunyai pandangan jauh ke depan, bahwa Pembangunan kota harus
mempertimbangkan keberlanjutan atau masa depan kota. Sejalan
dengan perubahan jaman dan seperti layaknya kebutuhan-kebutuhan manusia pada
umumnya, pola penggunaan dan kebutuhan masyarakat perkotaan akan infrastruktur juga mengalami perubahan. Keadaan ini
sebenarnya merupakan keadaan yang wajar mengingat segala aspek di dunia akan
mengalami perubahan seiring dengan waktu. Hal-hal yang mempengaruhi perubahan
pola penggunaan dan terutama kebutuhan akan infrastruktur ini secara garis besar disebabkan oleh dua
faktor utama, yaitu faktor yang disebabkan oleh manusia beserta kegiatannya dan
yang disebabkan oleh alam itu sendiri. Dalam hal ini jembatan kali
lanang yang terletak di Dusun Ngujung, Pandanrejo, Bumiaji, yang dulunya jembatan ini hanya cukup dilewati satu
mobil saja, namun dengan adanya urban ecology sekarang dibangun
jembatan kali lanang yang baru . Jembatan baru tersebut memudahkan masyarakat
setempat dalam bidang akses jalan, kini pengguna tidak perlu lagi
belok arah untuk menyebrangi sungai kali lanang.
Dibangunnya jembatan
baru Kali Lanang, mengakibatkan jembatan yang lama tidak digunakan lagi. Dan jembatan
baru tersebut dibangun dengan menghubungkan langsung jalan yang ada dilereng
sebelah dengan lereng didepannya, sehingga tidak perlu menuruni dan menanjaki
lereng untuk sampai diseberang. Jalanan dan jembatan yang tidak digunakan
sebagai jalan lagi dimanfaatkan oleh penduduk Desa Pandanrejo untuk membangun
warung-warung ditepi-tepi jalannya, pembangunan tersebut juga didukung oleh
pemerintah setempat. Pembangunan jembatan baru tersebut merupakan faktor urban
ekologi yang menyebabkan munculnya keberlanjutan ekonomi dan sosial serta
infrastruktur modern disana. Selain itu, dapat pula menjadi potensi wisata baru
disana yang dapat dikembangkan baik oleh penduduk sekitar maupun oleh
pemerintah Kota.
Nurlailarhaenitaputri.blogspot.com
Khusniyah24.blogspot.com
zavirarianandazr.blogspot.com
awwaliaputri24.blogspot.com
yayianggiasagittaw.blogspot.com
Nurlailarhaenitaputri.blogspot.com
Khusniyah24.blogspot.com
zavirarianandazr.blogspot.com
awwaliaputri24.blogspot.com
yayianggiasagittaw.blogspot.com